Wilayah pesisir Desa Sitardas mempunyai panjang
garis pantai sekitar 6 km dan berhadapan dengan Samudera Indonesia. Tinggi gelombang
laut berkisar antara
0.6–2.5 m, tinggi pasang surut (pasut) rata-rata 0.70 m, tipe pasut campuran condong ke harian ganda, kedalaman perairan pada sekitar
pesisir berkisar antara 1–10 meter dengan
jenis substrat dasar pantai berpasir dan batu kerikil.
Perairan Desa Sitardas
selain pesisir pantai juga memiliki Pulau Ungge (P. Ungge) dan Pulau Bakal (P. Bakal) yang masuk
kedalam wilayah administrasi Desa Sitardas. Desa Sitardas memilki Daerah
Perlindungan Laut (DPL) yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes)
Nomor : 1 Tahun 2008, pada tanggal 15 Oktober 2008. Di dalam perdes tentang
pelestarian terumbu karang di perairan laut desa ini diatur tentang kawasan
DPL, pemanfaatannya, alat penangkapan yang diperbolehkan, larangan serta sanksi
terhadap pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. DPL Sitardas dinamakan
dengan DPL Karang Malako Simuju, terletak di sebelah Barat Desa Sitardas dengan
luas + 42 hektar. Lebar dari garis pantai adalah 100 meter yang memanjang
sejauh 4.200 meter sepanjang perairan pesisir Desa Sitardas. Kawasan perairan
laut di sepanjang pesisir desa maupun perairan laut di sekeliling pulau-pulau
yang terdapat di wilayah perairan desa sejauh 200 meter dari garis pantai surut
terendah ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan terbatas. Kawasan perairan laut
di kawasan Perairan Desa Sitardas sebelah Utara berbatasan dengan perairan laut
Desa Jago-Jago, sebalah Barat berbatasan dengan perairan laut Desa Tapian Nauli
I dan sebelah Selatan berbatasan dengan perairan laut Desa Lumut Maju Kecamatan
Lumut yang ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan tradisional.
Daratan Desa Sitardas mempunyai 3 (tiga) buah sungai yang memisahkan desa ini dengan desa lain
di sekitarnya. Di sebelah Utara terdapat Sungai Aek Lobu merupakan perbatasan dengan Desa
Jago-jago, di sebelah Selatan terdapat Sungai Aek Tunggal kemudian Sungai Kualo Maros yang melintasi Desa Sitardas yang bermuara
di Dusun Kampung Sawah. Adanya sungai-sungai yang bermuara langsung ke Perairan Sitardas
sangat berpengaruh terhadap
kondisi biofisik perairan di sekitar Desa Sitardas. Berdasarkan dinamika perairan dimana massa air pesisir berinteraksi
dengan massa air Sungai Aek Lobu, Sungai Aek Tunggal dan Sungai Kualo Maros.
Gambar
Hasil pengukuran di
lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Sitardas dekat pantai mempunyai
salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore) salinitas
mencapai 34,14 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata 29,87oC, kecerahan tinggi yakni 5-7
meter, warna air
laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.34 ppm, BOD5 6,35 ppm, dan pH air 7.7 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya
seperti NH3-N, Po4-P,
NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.
Tabel
Hasil pengukuran
kualitas air tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu karang
yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010 dan penelitian Tesis Sirait, 2009
dimana suhu di sekitar Perairan Sitardas berkisar
antara 28oC - 32oC dengan rerata 29.5oC. Namun secara umum kondisi suhu perairan di
Perairan Sitardas berdasarkan hasil penelitian dinyatakan masih dapat mendukung
pertumbuhan terumbu karang. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran
kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 6,5 meter. Kecerahan tersebut
tergolong tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut,
mengingat binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya
bersimbiosis dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses
fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi
cahaya matahari yang masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan
air, kandungan sediment dalam perairan, dimana kandungan sediment yang
tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah
cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment
di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk
membersihkan diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak
energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat,
hal itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken
1992).
Salinitas di Perairan Sitardas berdasarkan hasil pengukuran
Sirat (2009) berkisar antara 22.5‰ dan 29.5‰. Menurut Vaughn (1919), Wells (1932)
dalam Supriharyono (2007) pengaruh salinitas terhadap hewan karang sangat
bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh alam
seperti run–off, badai dan hujan. Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat
mengakibatkan kisaran salinitas bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu
karang juga seringkali dapat hidup dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata
salinitas air laut 35‰. Meskipun pada beberapa jenis karang tidak mampu
bertahan pada kisaran diluar salinitas tersebut. Karang hermatifik adalah
organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang
menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Disamping itu pengaruh
air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi organisme
karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah tropik, adanya
pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan
terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya
seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0
saya pernah menyelam disini, asik
ReplyDelete