Saturday 30 July 2016

Kualitas Perairan Pulau Sitardas

Wilayah pesisir Desa Sitardas mempunyai panjang garis pantai sekitar 6 km dan berhadapan dengan Samudera Indonesia. Tinggi gelombang laut berkisar antara 0.6–2.5 m, tinggi pasang surut (pasut) rata-rata 0.70 m, tipe pasut campuran condong ke harian ganda, kedalaman perairan pada sekitar pesisir berkisar antara 1–10 meter dengan jenis substrat dasar pantai berpasir dan batu kerikil. Perairan Desa Sitardas selain pesisir pantai juga memiliki Pulau Ungge (P. Ungge) dan Pulau Bakal (P. Bakal) yang masuk kedalam wilayah administrasi Desa Sitardas. Desa Sitardas memilki Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes) Nomor : 1 Tahun 2008, pada tanggal 15 Oktober 2008. Di dalam perdes tentang pelestarian terumbu karang di perairan laut desa ini diatur tentang kawasan DPL, pemanfaatannya, alat penangkapan yang diperbolehkan, larangan serta sanksi terhadap pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. DPL Sitardas dinamakan dengan DPL Karang Malako Simuju, terletak di sebelah Barat Desa Sitardas dengan luas + 42 hektar. Lebar dari garis pantai adalah 100 meter yang memanjang sejauh 4.200 meter sepanjang perairan pesisir Desa Sitardas. Kawasan perairan laut di sepanjang pesisir desa maupun perairan laut di sekeliling pulau-pulau yang terdapat di wilayah perairan desa sejauh 200 meter dari garis pantai surut terendah ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan terbatas. Kawasan perairan laut di kawasan Perairan Desa Sitardas sebelah Utara berbatasan dengan perairan laut Desa Jago-Jago, sebalah Barat berbatasan dengan perairan laut Desa Tapian Nauli I dan sebelah Selatan berbatasan dengan perairan laut Desa Lumut Maju Kecamatan Lumut yang ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan tradisional.
Daratan Desa Sitardas mempunyai 3 (tiga) buah sungai yang memisahkan desa ini dengan desa lain di sekitarnya. Di sebelah Utara terdapat Sungai Aek Lobu merupakan perbatasan dengan Desa Jago-jago, di sebelah Selatan terdapat Sungai Aek Tunggal kemudian Sungai Kualo Maros yang melintasi Desa Sitardas yang bermuara di Dusun Kampung Sawah. Adanya sungai-sungai yang bermuara langsung ke Perairan Sitardas sangat berpengaruh terhadap kondisi biofisik perairan di sekitar Desa Sitardas. Berdasarkan dinamika perairan dimana massa air pesisir berinteraksi dengan massa air Sungai Aek Lobu, Sungai Aek Tunggal dan Sungai Kualo Maros.
Gambar
Hasil pengukuran di lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Sitardas dekat pantai mempunyai salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore) salinitas mencapai 34,14 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata 29,87oC, kecerahan tinggi yakni 5-7 meter, warna air laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.34 ppm, BOD5 6,35 ppm, dan pH air 7.7 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.
Tabel
Hasil pengukuran kualitas air tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu karang yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010 dan penelitian Tesis Sirait, 2009 dimana suhu di sekitar Perairan Sitardas berkisar antara 28oC - 32oC dengan rerata 29.5oC.  Namun secara umum kondisi suhu perairan di Perairan Sitardas berdasarkan hasil penelitian dinyatakan masih dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 6,5 meter. Kecerahan tersebut tergolong tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut, mengingat binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya bersimbiosis dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan air, kandungan sediment dalam perairan, dimana kandungan sediment yang tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat, hal itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken 1992).
Salinitas di Perairan Sitardas berdasarkan hasil pengukuran Sirat (2009) berkisar antara 22.5‰ dan 29.5‰. Menurut Vaughn (1919), Wells (1932) dalam Supriharyono (2007) pengaruh salinitas terhadap hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh alam seperti run–off, badai dan hujan. Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat mengakibatkan kisaran salinitas bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu karang juga seringkali dapat hidup dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata salinitas air laut 35‰. Meskipun pada beberapa jenis karang tidak mampu bertahan pada kisaran diluar salinitas tersebut. Karang hermatifik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Disamping itu pengaruh air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi organisme karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah tropik, adanya pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0


1 comment: