Saturday 30 July 2016

Kualitas Perairan Pulau Mursala


Pulau Mursala merupakan pulau yang relatif besar dengan Luas wilayah kurang lebih 72,23 Km2 (citra satelit Kuiq Bird, 2013), terletak di sebelah barat Teluk Sibolga ± 25 km dari kota Sibolga. Pulau tersebut sebagian besar wilayah datarnya sempit, salah satunya yang agak luas terletak di teluk yang berada di sisi timur pulau. Oleh karena itu, konsentrasi penduduk hanya berada di wilayah teluk tersebut. Secara geografis Pulau Mursala terletak pada titik koordinat 01˚ 38' 15" LU dan 98˚ 31' 33" BT dan pulau ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pulau Mursala mempunyai relief pulau cenderung bergelombang hingga berbukit, dengan puncak tertinggi terdapat di perbukitan Barat Pulau. Ketinggian puncak tersebut mencapai 500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng hingga 45˚.
 Kondisi fisik Pulau Mursala mulai dari lereng dasar perairan dari Teluk Sibolga hingga Pulau Mursala, cenderung landai dengan kedalaman dapat mencapai 100 m di bawah permukaan laut. Kedalaman dengan kisaran lebih dalam, yaitu 100 hingga 200 m di bawah permukaan laut terdapat ± 11 km di sebelah selatan Pulau Mursala. Kondisi lereng dasar perairan yang landai tersebut sejalan dengan lereng terumbu yang juga tidak terlalu curam. Sedangkan data terkait dengan kondisi perairan sorkam/barus belum didapatkan data yang cukup memadai.
Topografi pulau ini secara umum berupa pulau berbukit-bukit dan sebagian berupa dataran rendah yang dijadikan pemukiman masyarakat. Pantainya sebagian berpasir putih dan sebagian berbatu. Vegetasi yang tumbuh didominasi oleh tanaman kelapa, bakau, rumput dan tumbuhan tingkat tinggi. Kedalaman perairan di sekitar Pulau Mursala antara 4 – 36 meter, sedangkan kedalaman pantainya berada pada kisaran 2 – 5 meter. Arus dari daerah perairan pulau itu berasal dari Samudera Hindia yang bergerak menuju kearah Timur.

Gambar
Hasil pengukuran di lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Mursala dekat pantai mempunyai salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore) salinitas mencapai 34,2 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata 29,97 oC, kecerahan mencapai 7 meter dengan warna air laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.37 ppm, BOD5 6,72 ppm, dan pH air 6,37, sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.

Tebel
Hasil pengukuran kualitas air tersebut juga tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu karang yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010, dimana suhu di sekitar Perairan Murshala berkisar antara 28oC - 31oC dengan rerata 29.8oC.  Namun secara umum kondisi suhu perairan di Perairan Murshala dinyatakan masih dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang, terutama yang berada di P. Murshala, P. Kalimantung Gadang/Ketek dan P. Kalimantung. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 7 meter. Kecerahan tersebut tergolong tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut, mengingat binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya bersimbiosis dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan air, kandungan sediment dalam perairan, dimana kandungan sediment yang tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat, hal itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken 1992).
Salinitas di Perairan Murshala berkisar antara 23 ‰ - 33.5‰. Berdasarkan kisaran tersebut salinitas masih dapat menunjang pertumbuhan terumbu karang. Menurut Vaughn (1919), Wells (1932) dalam Supriharyono (2007) pengaruh salinitas terhadap hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh alam seperti run–off, badai dan hujan. Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat mengakibatkan kisaran salinitas bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu karang juga seringkali dapat hidup dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata salinitas air laut 35‰. Meskipun pada beberapa jenis karang tidak mampu bertahan pada kisaran diluar salinitas tersebut. Karang hermatifik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Disamping itu pengaruh air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi organisme karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah tropik, adanya pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.

Kecepatan arus antara 0.02 m/detik sampai 0.08 m/detik. Sesuai dengan hasil penelitian CRITC–LIPI (2004) bahwa terdapat dua lintasan arus di perairan Tapanuli Tengah yaitu; lintasan I dari P. Mansalar/Murshala ke Pelabuhan Sibolga dan Lintasan II dari Teluk Tapian Nauli Bagian Selatan ke P. Mansalar/Murshala. Arah arus menuju ke Selatan baik saat pasang bergerak surut maupun saat menuju pasang. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting) (Supriharyono 2007). Selain itu arus berperan penting untuk mendatangkan makanan berupa plankton dan suplay oksigen serta mencegah terjadinya pengendapan sediment atau membersihkan karang dari endapan. Pada daerah terumbu karang siang hari oksigen banyak diperoleh dari hasil fotosintesis, sedangkan pada malam hari dibutuhkan adanya arus yang sangat kuat untuk memasok oksigen yang cukup bagi fauna yang hidup di terumbu karang. Perairan yang berarus lebih kuat akan mempengaruhi terumbu karang menjadi lebih bervariasi dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan perairan yang tenang/terlindungi. Seperti dijelaskan oleh Nybakken (1992), bahwa pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang. Dengan kondisi demikian kehidupan terumbu karang di Perairan Sitardas cukup ditunjang oleh adanya arus yang bergerak dari Samudera Indonesia menuju ke Teluk Tapian Nauli tersebut.

1 comment: