Pulau
Mursala merupakan pulau yang relatif besar dengan Luas wilayah kurang lebih 72,23 Km2
(citra satelit Kuiq Bird, 2013), terletak
di sebelah barat Teluk Sibolga ± 25 km dari kota Sibolga. Pulau tersebut
sebagian besar wilayah datarnya sempit, salah satunya yang agak luas terletak
di teluk yang berada di sisi timur pulau. Oleh karena itu, konsentrasi penduduk
hanya berada di wilayah teluk tersebut. Secara geografis Pulau Mursala
terletak pada titik koordinat 01˚ 38' 15" LU dan 98˚ 31' 33" BT dan
pulau ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pulau Mursala mempunyai relief pulau
cenderung bergelombang hingga berbukit, dengan puncak tertinggi terdapat di
perbukitan Barat Pulau. Ketinggian puncak tersebut mencapai 500 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan lereng hingga 45˚.
Kondisi fisik Pulau
Mursala mulai dari lereng dasar perairan dari Teluk Sibolga hingga Pulau
Mursala, cenderung landai dengan kedalaman dapat mencapai 100 m di bawah
permukaan laut. Kedalaman dengan kisaran lebih dalam, yaitu 100 hingga 200 m di
bawah permukaan laut terdapat ± 11 km di sebelah selatan Pulau Mursala. Kondisi
lereng dasar perairan yang landai tersebut sejalan dengan lereng terumbu yang
juga tidak terlalu curam. Sedangkan data terkait dengan kondisi perairan
sorkam/barus belum didapatkan data yang cukup memadai.
Topografi
pulau ini secara umum berupa pulau berbukit-bukit dan sebagian berupa dataran
rendah yang dijadikan pemukiman masyarakat. Pantainya sebagian berpasir putih
dan sebagian berbatu. Vegetasi yang tumbuh didominasi oleh tanaman kelapa,
bakau, rumput dan tumbuhan tingkat tinggi. Kedalaman perairan di sekitar Pulau Mursala antara 4 –
36 meter, sedangkan kedalaman pantainya berada pada kisaran 2 – 5 meter. Arus
dari daerah perairan pulau itu berasal dari Samudera Hindia yang bergerak
menuju kearah Timur.
Gambar
Hasil pengukuran di
lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Mursala dekat pantai mempunyai
salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore)
salinitas mencapai 34,2 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata
29,97 oC, kecerahan mencapai 7 meter
dengan warna air laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.37 ppm, BOD5 6,72 ppm, dan pH air 6,37, sedangkan kandungan zat kimia lainnya
seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N,
Cd dan Pb adalah 0.
Tebel
Hasil pengukuran
kualitas air tersebut juga tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu
karang yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010, dimana suhu
di sekitar Perairan Murshala berkisar antara 28oC - 31oC
dengan rerata 29.8oC. Namun secara
umum kondisi suhu perairan di Perairan Murshala dinyatakan masih dapat
mendukung pertumbuhan terumbu karang, terutama yang berada di P. Murshala, P. Kalimantung
Gadang/Ketek dan P. Kalimantung. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran
kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 7 meter. Kecerahan tersebut tergolong
tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut, mengingat
binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya bersimbiosis
dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses fotosintesis, maka
pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi cahaya matahari yang
masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan air, kandungan sediment
dalam perairan, dimana kandungan sediment yang tinggi akan
menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah cahaya yang
diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment di permukaan
koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan
diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi,
sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat, hal
itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken
1992).
Salinitas di Perairan Murshala berkisar
antara 23 ‰ - 33.5‰. Berdasarkan
kisaran tersebut salinitas masih dapat menunjang pertumbuhan terumbu karang.
Menurut Vaughn (1919), Wells (1932) dalam Supriharyono (2007) pengaruh
salinitas terhadap hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi
perairan laut setempat dan pengaruh alam seperti run–off, badai dan hujan.
Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat mengakibatkan kisaran salinitas
bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu karang juga seringkali dapat hidup
dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata salinitas air laut 35‰. Meskipun
pada beberapa jenis karang tidak mampu bertahan pada kisaran diluar salinitas
tersebut. Karang hermatifik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat
bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰.
Disamping itu pengaruh air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi organisme karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah
tropik, adanya pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan
pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya
seperti NH3-N, Po4-P,
NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.
Kecepatan
arus antara 0.02 m/detik sampai 0.08 m/detik. Sesuai dengan hasil penelitian
CRITC–LIPI (2004) bahwa terdapat dua lintasan arus di perairan Tapanuli Tengah
yaitu; lintasan I dari P. Mansalar/Murshala ke Pelabuhan Sibolga dan Lintasan
II dari Teluk Tapian Nauli Bagian Selatan ke P. Mansalar/Murshala. Arah arus
menuju ke Selatan baik saat pasang bergerak surut maupun saat menuju pasang. Tekanan
hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh
terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar
tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah
bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting) (Supriharyono 2007). Selain itu
arus berperan penting untuk mendatangkan makanan berupa plankton dan suplay oksigen
serta mencegah terjadinya pengendapan sediment atau membersihkan karang
dari endapan. Pada daerah terumbu karang siang hari oksigen banyak diperoleh
dari hasil fotosintesis, sedangkan pada malam hari dibutuhkan adanya
arus yang sangat kuat untuk memasok oksigen yang cukup bagi fauna yang hidup di
terumbu karang. Perairan yang berarus lebih kuat akan mempengaruhi terumbu karang menjadi lebih
bervariasi dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan perairan yang
tenang/terlindungi. Seperti dijelaskan oleh Nybakken (1992), bahwa pertumbuhan
karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang.
Dengan kondisi demikian kehidupan terumbu karang di Perairan Sitardas cukup
ditunjang oleh adanya arus yang bergerak dari Samudera Indonesia menuju ke
Teluk Tapian Nauli tersebut.
adakah rilis data tebaru lagi?
ReplyDelete