Saturday 30 July 2016

Kualitas Perairan Pulau Sitardas

Wilayah pesisir Desa Sitardas mempunyai panjang garis pantai sekitar 6 km dan berhadapan dengan Samudera Indonesia. Tinggi gelombang laut berkisar antara 0.6–2.5 m, tinggi pasang surut (pasut) rata-rata 0.70 m, tipe pasut campuran condong ke harian ganda, kedalaman perairan pada sekitar pesisir berkisar antara 1–10 meter dengan jenis substrat dasar pantai berpasir dan batu kerikil. Perairan Desa Sitardas selain pesisir pantai juga memiliki Pulau Ungge (P. Ungge) dan Pulau Bakal (P. Bakal) yang masuk kedalam wilayah administrasi Desa Sitardas. Desa Sitardas memilki Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes) Nomor : 1 Tahun 2008, pada tanggal 15 Oktober 2008. Di dalam perdes tentang pelestarian terumbu karang di perairan laut desa ini diatur tentang kawasan DPL, pemanfaatannya, alat penangkapan yang diperbolehkan, larangan serta sanksi terhadap pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. DPL Sitardas dinamakan dengan DPL Karang Malako Simuju, terletak di sebelah Barat Desa Sitardas dengan luas + 42 hektar. Lebar dari garis pantai adalah 100 meter yang memanjang sejauh 4.200 meter sepanjang perairan pesisir Desa Sitardas. Kawasan perairan laut di sepanjang pesisir desa maupun perairan laut di sekeliling pulau-pulau yang terdapat di wilayah perairan desa sejauh 200 meter dari garis pantai surut terendah ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan terbatas. Kawasan perairan laut di kawasan Perairan Desa Sitardas sebelah Utara berbatasan dengan perairan laut Desa Jago-Jago, sebalah Barat berbatasan dengan perairan laut Desa Tapian Nauli I dan sebelah Selatan berbatasan dengan perairan laut Desa Lumut Maju Kecamatan Lumut yang ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan tradisional.
Daratan Desa Sitardas mempunyai 3 (tiga) buah sungai yang memisahkan desa ini dengan desa lain di sekitarnya. Di sebelah Utara terdapat Sungai Aek Lobu merupakan perbatasan dengan Desa Jago-jago, di sebelah Selatan terdapat Sungai Aek Tunggal kemudian Sungai Kualo Maros yang melintasi Desa Sitardas yang bermuara di Dusun Kampung Sawah. Adanya sungai-sungai yang bermuara langsung ke Perairan Sitardas sangat berpengaruh terhadap kondisi biofisik perairan di sekitar Desa Sitardas. Berdasarkan dinamika perairan dimana massa air pesisir berinteraksi dengan massa air Sungai Aek Lobu, Sungai Aek Tunggal dan Sungai Kualo Maros.
Gambar
Hasil pengukuran di lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Sitardas dekat pantai mempunyai salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore) salinitas mencapai 34,14 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata 29,87oC, kecerahan tinggi yakni 5-7 meter, warna air laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.34 ppm, BOD5 6,35 ppm, dan pH air 7.7 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.
Tabel
Hasil pengukuran kualitas air tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu karang yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010 dan penelitian Tesis Sirait, 2009 dimana suhu di sekitar Perairan Sitardas berkisar antara 28oC - 32oC dengan rerata 29.5oC.  Namun secara umum kondisi suhu perairan di Perairan Sitardas berdasarkan hasil penelitian dinyatakan masih dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 6,5 meter. Kecerahan tersebut tergolong tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut, mengingat binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya bersimbiosis dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan air, kandungan sediment dalam perairan, dimana kandungan sediment yang tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat, hal itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken 1992).
Salinitas di Perairan Sitardas berdasarkan hasil pengukuran Sirat (2009) berkisar antara 22.5‰ dan 29.5‰. Menurut Vaughn (1919), Wells (1932) dalam Supriharyono (2007) pengaruh salinitas terhadap hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh alam seperti run–off, badai dan hujan. Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat mengakibatkan kisaran salinitas bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu karang juga seringkali dapat hidup dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata salinitas air laut 35‰. Meskipun pada beberapa jenis karang tidak mampu bertahan pada kisaran diluar salinitas tersebut. Karang hermatifik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Disamping itu pengaruh air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi organisme karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah tropik, adanya pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0


Kualitas Perairan Pulau Mursala


Pulau Mursala merupakan pulau yang relatif besar dengan Luas wilayah kurang lebih 72,23 Km2 (citra satelit Kuiq Bird, 2013), terletak di sebelah barat Teluk Sibolga ± 25 km dari kota Sibolga. Pulau tersebut sebagian besar wilayah datarnya sempit, salah satunya yang agak luas terletak di teluk yang berada di sisi timur pulau. Oleh karena itu, konsentrasi penduduk hanya berada di wilayah teluk tersebut. Secara geografis Pulau Mursala terletak pada titik koordinat 01˚ 38' 15" LU dan 98˚ 31' 33" BT dan pulau ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pulau Mursala mempunyai relief pulau cenderung bergelombang hingga berbukit, dengan puncak tertinggi terdapat di perbukitan Barat Pulau. Ketinggian puncak tersebut mencapai 500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng hingga 45˚.
 Kondisi fisik Pulau Mursala mulai dari lereng dasar perairan dari Teluk Sibolga hingga Pulau Mursala, cenderung landai dengan kedalaman dapat mencapai 100 m di bawah permukaan laut. Kedalaman dengan kisaran lebih dalam, yaitu 100 hingga 200 m di bawah permukaan laut terdapat ± 11 km di sebelah selatan Pulau Mursala. Kondisi lereng dasar perairan yang landai tersebut sejalan dengan lereng terumbu yang juga tidak terlalu curam. Sedangkan data terkait dengan kondisi perairan sorkam/barus belum didapatkan data yang cukup memadai.
Topografi pulau ini secara umum berupa pulau berbukit-bukit dan sebagian berupa dataran rendah yang dijadikan pemukiman masyarakat. Pantainya sebagian berpasir putih dan sebagian berbatu. Vegetasi yang tumbuh didominasi oleh tanaman kelapa, bakau, rumput dan tumbuhan tingkat tinggi. Kedalaman perairan di sekitar Pulau Mursala antara 4 – 36 meter, sedangkan kedalaman pantainya berada pada kisaran 2 – 5 meter. Arus dari daerah perairan pulau itu berasal dari Samudera Hindia yang bergerak menuju kearah Timur.

Gambar
Hasil pengukuran di lapangan kondisi parameter fisika dan kimia di Perairan Mursala dekat pantai mempunyai salinitas rata-rata 18 ppt, sedangkan di perairan lepas pantai (offshore) salinitas mencapai 34,2 0/00 (ppt). Suhu permukaan air laut rata-rata 29,97 oC, kecerahan mencapai 7 meter dengan warna air laut biru–hijau, kadar oksigen terlarut (DO) 6.37 ppm, BOD5 6,72 ppm, dan pH air 6,37, sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.

Tebel
Hasil pengukuran kualitas air tersebut juga tidak berbeda jauh dengan hasil monitoring terumbu karang yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2010, dimana suhu di sekitar Perairan Murshala berkisar antara 28oC - 31oC dengan rerata 29.8oC.  Namun secara umum kondisi suhu perairan di Perairan Murshala dinyatakan masih dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang, terutama yang berada di P. Murshala, P. Kalimantung Gadang/Ketek dan P. Kalimantung. Demikian juga dengan kecerahan, dimana kisaran kecerahan di perairan sitardas antara 3 - 7 meter. Kecerahan tersebut tergolong tinggi dan sangat mendukung pertumbuhan karang di perairan tersebut, mengingat binatang karang (hermatific atau reef building corals) hidupnya bersimbiosis dengan ganggang (zooxantella) yang melakukan proses fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Sedangkan penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan terkait langsung dengan kejernihan air, kandungan sediment dalam perairan, dimana kandungan sediment yang tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari, sehingga mengurangi jumlah cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Di sisi lain endapan sediment di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sediment tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat, hal itulah yang menyebabkan karang menjadi terhambat pertumbuhannya (Nybakken 1992).
Salinitas di Perairan Murshala berkisar antara 23 ‰ - 33.5‰. Berdasarkan kisaran tersebut salinitas masih dapat menunjang pertumbuhan terumbu karang. Menurut Vaughn (1919), Wells (1932) dalam Supriharyono (2007) pengaruh salinitas terhadap hewan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat dan pengaruh alam seperti run–off, badai dan hujan. Kondisi perairan dan pengaruh alam ini dapat mengakibatkan kisaran salinitas bisa berkisar antara 17.5‰–52.5‰. Terumbu karang juga seringkali dapat hidup dan bertahan diluar kisaran normal rata-rata salinitas air laut 35‰. Meskipun pada beberapa jenis karang tidak mampu bertahan pada kisaran diluar salinitas tersebut. Karang hermatifik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Disamping itu pengaruh air tawar adalah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi organisme karang, karena meskipun pada skala yang kecil di daerah tropik, adanya pemasukan air tawar secara teratur dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti (Nybakken 1992). Kandungan BOD5 ± 6 ppm, dan pH air 6-8 , sedangkan kandungan zat kimia lainnya seperti NH3-N, Po4-P, NO3-N, Cd dan Pb adalah 0.

Kecepatan arus antara 0.02 m/detik sampai 0.08 m/detik. Sesuai dengan hasil penelitian CRITC–LIPI (2004) bahwa terdapat dua lintasan arus di perairan Tapanuli Tengah yaitu; lintasan I dari P. Mansalar/Murshala ke Pelabuhan Sibolga dan Lintasan II dari Teluk Tapian Nauli Bagian Selatan ke P. Mansalar/Murshala. Arah arus menuju ke Selatan baik saat pasang bergerak surut maupun saat menuju pasang. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting) (Supriharyono 2007). Selain itu arus berperan penting untuk mendatangkan makanan berupa plankton dan suplay oksigen serta mencegah terjadinya pengendapan sediment atau membersihkan karang dari endapan. Pada daerah terumbu karang siang hari oksigen banyak diperoleh dari hasil fotosintesis, sedangkan pada malam hari dibutuhkan adanya arus yang sangat kuat untuk memasok oksigen yang cukup bagi fauna yang hidup di terumbu karang. Perairan yang berarus lebih kuat akan mempengaruhi terumbu karang menjadi lebih bervariasi dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan perairan yang tenang/terlindungi. Seperti dijelaskan oleh Nybakken (1992), bahwa pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang. Dengan kondisi demikian kehidupan terumbu karang di Perairan Sitardas cukup ditunjang oleh adanya arus yang bergerak dari Samudera Indonesia menuju ke Teluk Tapian Nauli tersebut.

Kewenangan Laut Pasca UU 32/2014 Tentang Pemerintahan Daerah


Tertanggal 2 Oktober 2016 Undang-Undang Nomor.32 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah telah di undangkan dan tercatat pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. Setelah itu ada perubahan yang mendasar bada beberapa hal terkait dengan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satunya adalah mengenai kewenangan laut. Laut yang dulunya berada di bawah pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat, sekarang kewenangan laut hanya ada pada pemerintah provinsi dan pusat saja. Batas wilayah laut sejauh 4 (empat) mil diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kerarah perairan kepulauan dahulu adalah di bawah kewenangan kabupaten kota, sekarang batasan tersbut hanya berlaku untuk keperluan penghitungan bagi hasil kelautan saja. Kewenangan bidang kelautan sampai dengan 12 (dua belas) mil tetap berada pada Daerah provinsi.
Kemudian, sebagai umpan balik dari ketentuan tersebut pemerintah pusat memberikan Dana Alokasi Umum (DAU) bagi Daerah Provinsi yang berciri kepulauan yang diperoleh dari penghitungan luas wilayah lautan termasuk untuk Daerah Kabupaten/Kota dalam Daerah Provinsi yang berciri kepulauan dengan proporsi 30 % (tiga puluh persen) untuk Daerah Provinsi yang berciri kepulauan dan 70 % (tujuh puluh persen) untuk Daerah Kabupaten/Kota dalam Daerah Provinsi yang berciri kepulauan tersebut.
Dalam hal kewenangan laut Daerah Provinsi diberikan kewenangan untuk : 1) mengelola sumber daya alam di laut yang ada di wilayahnya, 2) mengelola sumber daya alam di laut yang meliputi : a) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan, b) kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi, c) pengaturan administratif, d) pengaturan tata ruang, e) ikut serta dalam memelihara keamanan di laut, dan f) ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara. Dimana batas kewenangan tersubut adalah 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Apabila wilayah laut antardua Daerah provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antardua Daerah provinsi tersebut. Tetapi ketentuan tersebut tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil.
Selain mempunyai berberapa poin kewenangan di atas, Daerah Provinsi yang berciri kepulauan juga mendapat penugasan dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat di bidang kelautan berdasarkan asas Tugas Pembantuan.
Terkait dengan urusan pembagian bidang kelautan dan perikanan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.






Hal yang sama juga berlaku untuk izin dan ekplorasi energi dan batubara.

Untuk lebih jelasnya silahkan download dan baca Undang-Undang Nomor 32 Tahun 14 tentang Pemerintahan Daerah. Terima kasih telah membaca tulisan ini.

Contoh Kerangka Acuan Kerja Pelatihan aplikasi geografic information system (GIS) untuk Pemantauan Objek Sumberdaya Kelautan (SDK)


1.    Latar Belakang

Proses inventarisasi dan evaluasi sumberdaya kelautan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan sumber daya alam terutama sumber daya pesisir dan laut. Salah satu aspek yang mendasar dalam pengelolaan ini adalah dengan melakukan pemantauan/monitoring. Hal ini selain berfungsi untuk melihat perubahan secara time series  dan spasial juga berguna untuk penataan ruang wilayah. Pada saat ini pekerjaan ini dibebabanka kepada satuan kerja/UPT dibawah naungan Direktorat Pemantauan Perikanan dan Kelautan. Salah satu tugas tersebut adalah proses inventarisasi serta analisis hasil berbagai evaluasi dimana proses ini seringkali mengalami kesulitan karena kompleksitas yang tinggi, apalagi bila dikerjakan dengan teknologi analog. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu alat yang dapat digunakan untuk membantu pekerjaan di lapangan adalah dengan pemanfaatan data penginderaan jauh dengan dukungan teknologi SIG.

Pelatihan GIS merupakan kelanjutan dari program “Grand Design Pemantauan Sumber Daya Kelautan” yang sudah direncakan dengan tahapan jangka pendek adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang ada. Selanjutnya, tahapan awal, sudah dilakukan Bimbingan Teknis pengambilan data objek sumber daya kelautan. Hal ini menekankan pada pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia dalam tahapan rencana jangka pendek, menengah dan panjang dalam pemantauan sumberdaya kelautan.

Pelatihan ini merupakan upaya untuk menyelarasan metode dan pendekatan terhadap suatu bidang kajian yang dalam hal ini adalah teknis pemantauan. Pelatihan GIS untuk inventarisasi dan evaluasi sumberdaya kelautan mempunyai ruang seperti berikut : 1) Objeknya Terumbu Karang, Padang Lamun, Mangrove, Pulau-pulau kecil dan KKLD yang mempunyai satu jenis keterangan, 2) BMKT dan Pasir Laut mempunyai satu jenis keterangan, 3) Pencemaran mempunyai satu jenis keterangan, 4) Garam mempunyai satu jenis keterangan.

2.    Tujuan dan Keluaran
Adapun tujuan dari kegiatan ini :
Untuk mempersiapkan tenaga-tenaga terampil dalam aplikasi Pengindraan jauh (PJ) dan SIG untuk inventarisasi dan evaluasi sumberdaya kelautan dalam upaya pemantauannya.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu : 1) Mengekstrasi informasi data penginderaan jauh dalam kaitannya dengan inventarisasi SDK untuk pemantauannya, 2) Menyusun basis data spasial SDK, 3) Melakukan pemodelan SIG, 4) Memformulasikan arahan/rekomendasi pemanfaatan SDK dalam penataan ruang wilayah

3.    Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini mencakup : 1) Pengenalan GIS untuk pemantauan SDK, 2) Konsep Inventarisasi dan Evaluasi SDK, 3) Integrasi PJ dan SIG, 4) Aplikasi Data Inderaja untuk Inventarisasi SDK, 5). Manajemen Basisdata SDK, 6) Pengenalan model-model aplikasi SIG untuk analisis SDK, 7) Studi kasus


4.        Praktikum
 Praktek pelaihan ini meliputi : 1) Pengenalan/pengoperasian GIS, 2) Interpretasi data penginderaan jauh SDK, 3) Penyusunan basisdata spasial SDK, 4) Pembuatan model analisis SDK, 5) Penyajian informasi hasil analisis untuk arahan pemanfaatan SDK, dan 6) Praktek Lapangan

5.  Ruang Lingkup
5.1. Substansi
Kegiatan ini akan diprioritaskan pada peningkatan SDM Satker pada hal teknis menginventarisasi, memetakan dan mengevaluasi sumberdaya kelautan yang ada dalam upaya pemantauannya.

5.2. Lingkup Pekerjaan
Kegiatan akan memakan waktu ……hari untuk sesi kelas (inhouse) dan praktek/ studi kasus. Waktu kegiatan adalah ………………… dengan lokasi …………...

5.3. Peserta
Peserta merupakan …………….dari berbagai wilayah Indonesia yang ditentukan oleh panitia dengan jumlah…….. orang.


Contoh Draf Laporan Pemantauan Sumberdaya Kelautan


Proses pemantauan tidak terlepas dari kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumberdaya kelautan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengelolaan sumber daya alam terutama sumber daya pesisir dan laut. Salah satu aspek yang mendasar dalam pengelolaan ini adalah dengan melakukan pemantauan/monitoring. Pasca kegiatan dilaksanakan maka bagian yang tidak kalah penting adalah membuat laporan kegiatan. Terkait dengan pembuatan laporan tersebut, dalam tulisan ini penulis mencoba membantu anda yang sedang melakukan kegiatan pemantauan dan membutuhkan contoh draf laporan. Di bawah ini adalah contoh draf laporan pemantauan tersebut.

PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
(Isikan tentang sejarah lembaga, bidang pemantauan apa saja, dan kenapa dipantau)

II. METODE PEMANTAUAN
(Isikan metode beserta gambarnya, pisahkan berdasarkan objek, tulis sumber resmi metodenya, kapan dilakukan dan peta pemantauan)

III. HASIL PEMANTAUAN
(Isikan tentang hasil pemantauan berupa grafik/tabel dsb, disamping itu isikan juga tentang updating data yang didapatkan dari instansi lain dan dapat diperbandingkan. Ingat bahwa data yang diambil dengan menyebutkan sumbernya)

IV. TANTANGAN/ISU/PERMASALAHAN
(jika ada berikan masukan kepada pusat/lembaga lain terkait isu yang berkembang, sarana dan prasarana, dan hal lain

V. LAMPIRAN

Berisi foto-foto,logsheet laporan data mentah, dan peta-peta.


Kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

Epistemologi metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan



I.         PENDAHULUAN
  
1.1.        Latar Belakang
Pengetahuan yang merupakan segala informasi yang diterima oleh pancaindera manusia. Sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan sistematis. Dasar dari Ilmu adalah teori dan fakta dimana dalam memperolehan Ilmu dilakukan dengan melibatkan proses berpikir rasional dan empiris. Sehingga pengetahuan dapat dikategorikan Ilmu jika pengetahuan tersebut benar (dapat diterima) secara rasional dan teruji kebenarannya secara empiris.
Sedangkan metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Dari sebuah pertanyaan, diharapkan mendapatkan jawaban yang benar. Maka dari itu muncullah masalah, bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar.Masalah inilah yang pada ilmu filsafat di sebut dengan epistimologi. Setiap jenis pengetahuan memiliki ciri-ciri spesifik atau metode ilmiah mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan saling memiliki keterkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. (Suriasumantri, 2007:105)
Epistemologi merupakan salah satu diantara tiga hal besar yang menentukan pandangan hidup seseorang. Pandangan disini berkaitan erat dengan kebenaran, baik itu sifat dasar, sumber maupun keabsahan kebenaran tersebut. Konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.
Latar belakang hadirnya pembahasan epistemologi itu adalah karena para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal.
Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius sedemikian sehingga filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar yang sampai sekarang ini masih digunakan. Lahirnya kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya validitas akal dan indra lahir sedemikian sehingga untuk kedua kalinya berakibat memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan indra lahir di Eropa, dan setelah Renaissance dan kemajuan ilmu empirik, lahir kembali kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang berpuncak pada Positivisme. Pada era tersebut, epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof Leibniz (1646–1716) kemudian disempurnakan oleh John Locke di Inggris. (Hardono, 1997: 35)
Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh J.F. Feriere dari Institute of Metaphysics pada tahun 1854 M dengan tujuan membedakan antara 2 cabang filsafat yaitu epistemologi dengan ontologi. Epistemologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan (Buku Unsur-Unsur Filsafat, Louis Kattsoff).
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Dalam Bahasa Inggris epistemologis disebut sebagai The Theory of Knowledge dan dalam bahasa Indonesia epistemologi disebut filsafat pengetahuan. Epistemologi is one the core areas of philosophy. It is concerned with the nature, sources and limits of knowledge. There is a vast array of view about those topics, but one virtually universal presupposition is that knowledge is true belie, but not mere true belief (Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy, Taylor and Francis, 2003). Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.
Jadi epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang bagaimana proses yang memungkinkan diperoleh pengetahuan berupa ilmu, bagaimna prosedurnya, hal-hal apa yang perlu diperhatikan agar didapat pengetahuan yang benar, apa kriterianya, cara, teknik, sarana apa yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan berupa ilmu. Begitu luasnya tentang Epistemologi, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai Epistemologi dalam pengetahuan, metode ilmiah dan pengetahuan ilmiah (ilmu) serta metode-metode apa yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut.



II.      PEMBAHANSAN

 2.1.   Pengetahuan
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti : apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Epistemologi sendiri berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Pengetahuan memiliki tiga fungsi yaitu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut dapat dilakukan upaya untuk megontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak. Aristotales membagi kerja dasar intelektual ke dalam [1] memahami obyek, [2] membentuk dan memilah, [3] menalar dari sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang tidak diketahui. Anasir itu membentuk suatu disiplin yang ditempuh oleh Aristoteles yang kemudian disebut “Logika”, yang oleh Aristoteles bertujuan untuk membuat dan menguji inferensi (kesimpulan keilmuan) (Noeng Muhadjir, 1999:23)
Menurut Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atauhasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar. Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah:
a.         Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
b.        Mengembangkan arti kehidupan
c.         Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
d.        Mencapai tujuan hidup.
Ada beberapa jenis Pengetahuan yaitu:
a)        Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
b)        Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
c)        Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa.
d)       Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosul-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Pada suatu saat, manusia ingin mengetahui sesuatu tentang dirinya, dunia sekitarnya, oranglain, yang baik dan yang buruk, yang indah dan jelek, dan macam-macam lagi. Jika ingin mengetahui sesuatu, tentu ada suatu dorongan dari dalam diri manusia yang mengajukan pertanyaan yang perlu jawaban yang memuaskan keingintahuannya. Dorongan itu disebut rasa ingin mengetahui.
Sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan yang memuaskan manusia adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang tidak benar adalah kekeliruan. Keliru seringkali lebih jelek dari pada tidak tahu. Pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan/perbuatan akan menghasilkan kekeliruan, kesalahan dan malapetaka. Sasaran atau objek yang ingin diketahui adalah sesuatu yang ada, yang mungkin ada, yang pernah ada dan sesuatu yang mengadakan. Dengan demikian manusia dirangsang keingintahuannya oleh alam sekitarnya melalui indranya dan pengalamannya. Hasil gejala mengetahui adalah manusia mengetahui secara sadar bahwa dia telah mengetahui. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
A. Hakekat Pengetahuan
1.        Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat Pengetahuan:
Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2.     Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya. Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta.
B. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
1.  Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos= pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 –1704), George Barkeley (1685 -1753) dan David Hume.
2.   Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 –1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) danGottriedLeibniz (1646 –1716).
3.      Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses pernalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
4.    Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikannya (NabidanRosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.


2.2.       Metode Ilmiah
Kata metode berasal bahasa Yunani yaitu kata “methos” yang terdiri dari unsur kata berarti cara, perjalanan sesudah, dan kata “kovos” berarti cara perjalanan, arah. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Riychia Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan manusia. Jadi ilmu tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula. Einstein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar.
Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut:
1)      The correspondence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya.
2)      The consistence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
3)    The pragmatic theory of truth. Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu:

1.        Kebenaran wahyu
2.        Kebenaran spekulatif filsafat
3.        Kebenaran positif ilmu pengetahuan
4.        Kebenaran pengetahuan biasa.
Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-rubah dan berkembang. Menurut kajian epistemologi terdapat beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan, diantaranya adalah :
1. Metode Empirisme
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh pengetahuan didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman yang bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia. Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab kaum empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca indera), maka pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera. Menurut John Locke (Bapak Empirisme Britania) berkata, waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan kosong, dan didalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman indera. Akal merupakan sejenis tempat penampungan, yang secara prinsip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Proses terjadinya pengetahuan menurut penganut empirisme berdasarkan pengalaman akibat dari suatu objek yang merangsang alat inderawi, kemudian menumbuhkan rangsangan saraf yang diteruskan ke otak. Di dalam otak, sumber rangsangan sebagaimana adanya dan dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat inderawi ini. Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh pengetahuan bagi penganut empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi atau pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia.

2. Metode Rasionalisme
Berbeda dengan penganut empirisme, karena rasionalisme memandang bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran. Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk memperoleh suatu pengetahuan. Menurut Rene Descartes (Bapak Rasionalisme), bahwa kebenaran suatu pengetahuan melalui metode deduktif melalui cahaya yang terang dari akal budi. Maka akal budi dipahamkan sebagai :
a.    Sejenis perantara khusus, yang dengan perantara itu dapat dikenal kebenaran.
b.  Suatu teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran-kebenaran yaitu dengan melakukan penalaran. Fungsi pengalaman inderawi bagi penganut rasionalisme sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya suatu memperoleh kebenaran.

3. Metode Fenomenalisme
Immanuel Kant adalah filsuf Jerman abad XX yang melakukan kembali metode untuk memperoleh pengetahuan setelah memperhatikan kritikan-kritikan yang dilancarkan oleh David Hume terhadap pandangan yang bersifat empiris dan rasionalisme. Menurut Kant, metode untuk memperoleh pengetahuan tidaklah melalui pengalaman melainkan ditumbuhkan dengan pengalaman-pengalaman empiris disamping pemikiran akal rasionalisme. Syarat dasar bagi ilmu pengetahuan adalah bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan yang baru. Menurutnya ada empat macam pengetahuan :
a.      Pengetahuan analisis a priori yaitu pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman.
b.        Pengetahuan sintesis a priori, yaitu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri yang mempersatukan dan penggabungan dua hal yang biasanya terpisah.
c.         Pengetahuan analitis a posteriori, yaitu pengetahuan yang terjadi sebagai akibat pengalaman.
d.     Pengetahuan sintesis a posteriori yaitu pengetahuan sebagai hasil keadaan yang mempersatukan dua akibat dari pengalaman yang berbeda. Pengetahuan tentang gejala (phenomenon) merupakan pengetahuan yang paling sempurna, karena ia dasarkan pada pengalaman inderawi dan pemikiran akal, jadi Kant mengakui dan memakai empirisme dan rasionalisme dalam metode fenomenologinya untuk memperoleh pengetahuan.

4. Metode Intuisionisme
Metode intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi atau pengetahuan yang ada perantaraannya. Menurut Henry Bergson, penganut intusionisme, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung. Metode intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan dalam bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi penganut intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman inderawi yang bisa menghasilkan pengetahuan darinya. Maka intuisionisme hanya mengatur bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi.

5. Metode Ilmiah
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama dan dibentuk dengan ilmu. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama yaitu harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan harus cocok dengan fakta-fakta empiris. Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta-fakta yang diamati secara inderawi. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah diajukan semua penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat sementara yang disebut hipotesis sebelum teruji kebenarannya secara empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi.
Untuk memperkuat hipotesis dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang diketahui harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus meramalkan bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian keadaannya. Pada metode ilmiah dibutuhkan proses peramalan dengan deduksi. Deduksi pada hakikatnya bersifat rasionalistis dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
Menurut AR Lacey untuk menemukan kebenaran yang pertama kali dilakukan adalah menemukan kebenaran dari masalah, melakukan pengamatan baik secara teori dan ekperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism (experimental opetarion, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran, Metode hipotetico – deduktif, Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta
Kerangka berpikir yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a.   Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b.    Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mubgkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan bentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasrakan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c.         Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d.     Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
e.      Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu di tolak atau diterima. Seandainya dalam pengujian terdapat fakta-fakta yang cukup dan mendukung maka hipotesis tersebut akan diterima dan sebaliknya jika tidak didukung fakta yang cukup maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

2.3.  Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logik dan netral. Secara defenitif, logika dapat dipahami sebagai studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipergunakan untuk membedakan penalaran yang lurus dari penalaran yang tidak lurus. Dari defenisi itu jelas bahwa logika itu terkait dengan “jalan berpikir” [metode], dan memuat sejumlah pengetahuan yang sistematis dan berdasarkan pada hukum keilmuan sehingga orang dapat berpikir dengan tepat, teratur dan lurus. Artinya, ber-logika berarti belajar menjadi terampil. Karena itu kegiatan berlogika adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melatih skill berpikir seseorang.
Berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri keutamaan manusia, tanpa pengetahuan manusia akan sulit berfikir dan tanpa berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena itu nampaknya berfikir dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sifatnya siklikal. Gerak sirkuler antara berfikir dan pengetahuan akan terus membesar mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatit, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berfikir, demikian juga semakin rumit aktivitas berfikir semakin kaya akumulasi pengetahuan. Semakin akumulatif pengetahuan manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu, sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu berfikir dan pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam (1) Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial); (2) Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu); (3) Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat). Dari ketiga jenis berfikir tersebut, cara berfikir yang sistematis merupakan cara untuk menghasilkan suatu pengetahuan ilmiah.

III.   KESIMPULAN

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang bagaimana proses yang memungkinkan diperoleh pengetahuan berupa ilmu, bagaimna prosedurnya, hal-hal apa yang perlu diperhatikan agar didapat pengetahuan yang benar, apa kriterianya, cara, teknik, sarana apa yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan berupa ilmu.
Pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Pengetahuan yang diakui dan teruji kebenarannya melalui metode ilmiah disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan (sains). Ilmu pengetahuan diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Berfikir dan pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam (1) Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial); (2) Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu); (3) Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat).


DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar,A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryasumantri, JS. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PT Penebar swadaya.

Soewardi, H. 2004. Roda Berputar Dunia Bergulir, Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya sivilisasi. Bandung : Bahkti Mandiri.